Setahun Mengabdi, Seumur Hidup Berdedikasi

Senin, 12 November 2012

On 15.43 by Unknown   1 comment

Dan hari itupun datang juga. 28 oktober 2012. Di mana hari aku harus berpisah dengan keluarga baruku. We are the big family of pencerah nusantara. Hari dimana aku harus meninggalkan kenangan-kenangan indah bersama mereka. Akan tetapi aku sadar bahwa tak akan ada namanya berpisah jika sebelumnya tak bertemu. Dan ini hanyalah berpisah sementara, ya hanya sementara. Aku sangat bersyukur berada di dalam lingkaran integritas ini. Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan yang telah mempertemukan aku dengan orang-orang “gila” di Pencerah Nusantara.

Pukul 03.00 dini hari kami berangkat dari gedung Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) rumah kami menginap menuju bandara Soekarno Hatta Cengkareng dengan menggunakan Bus Pariwisata Full AC. Perasaan kalut, sedih, gembira, gundah gulana bercampur menjadi satu dan tak menentu. Tak ada suara nyanyian butiran debu di dalam bis seperti yang biasa anak-anak lakukan tatkala bus melaju menuju tempat pelatihan. Dan tak ada juga goyangan miring-miring gak penting serta lagu andalan salah seorang PN Lindu,Usman, yang berjudul wani piro. Semua sibuk dengan pikiran masing-masing yang sulit untuk saya deskripsikan. Meskipun jadwal keberangkatan masing-masing tim berbeda, namun semua dengan setia mengorbankan waktu istirahatnya untuk melepas tim kami, tim PN Berau, kloter pertama yang harus meninggalkan jakarta.

Tim PN Berau mendapat giliran terbang terlebih dahulu yaitu pukul 06.00 pagi menuju kota Tanjung Redeb, Ibukota Kabupaten Berau namun sebelumnya transit di Balikpapan. Sesampainya di bandara kami langsung check in dan mendapat kejutan berupa 50 kg overbagasi. Alamak.

Waktu menunjukkan pukul 05.10 , masih tersisa waktu untuk say goodbye pada anak-anak PN yang sedari tadi menunggu di terminal A1. Suasana haru pun tak dapat dihindari melepas kepergian tim Berau. Lingkaran integritas itupun berulang. Dengan diiringi lagu indonesia jaya, tanpa sadar air mata ini pun kembali menetes meski sudah dicoba untuk tidak menangis. Namun rasa haru yang membuncah ini tak dapat dicegah. Peluk cium, kata-kata semangat, genggaman erat, tepukan bahu, usapan kepala, bak senjata yang menjadi bekal kami untuk bertempur di negeri Sanggam, Berau, kalimantan Timur 1 tahun ke depan. Bertempur untuk berdedikasi dan menularkan inspirasi. Terima kasih untuk keluarga PN, begitu kami sering menyebut keluarga pencerah nusantara, atas dorongan, semangat, dan harapannya. Tahun depan kita akan bertemu kembali insyaAllah.

Pukul 06.10 pesawat Sri Wijaya yang kami tumpangi terbang meninggalkan kota jakarta. Selama di pesawat, tak ada cerita, tak ada suara, tak ada tawa. Semua tertidur pulas balas dendam karena harus bangun pukul 03.00 dini hari tadi hingga pesawat mendarat di Bandara Sapinggan Balik Papan dengan mulus tepat pukul 08.00 pagi di jam tanganku. Tetapi karena ada perbedaan waktu terpaksa swiss army ini digeser menjadi jam 09.00, tak ketinggalan jam di HP juga bergeser secara otomatis. Tak dinyanah panggilan alam yang sedari tadi ku tahan, akhirnya kesampaian juga disalurkan pada tempatnya. Lega.

Di bandara Sapinggan, kita kebingungan karena jadwal penerbangan ke Berau masih 5 jam lagi. Setelah musyawarah untuk mufakat, kami memutuskan untuk jalan-jalan keliling kota Balik Papan tanpa guide. Awalnya ingin memesan taksi, namun karena suatu dan lain hal kita memutuskan untuk naik kendaraan yang lebih berkelas, angkot cyiin ( sapaan yang paling tenar di kelurga PN,,ahh kangen lagi ). Tujuan awal ke Balik papan Mall pun batal saat di tengah perjalanan terlihat deretan pertokoan besar. Not bad lah. Dengan modal 3000 perak kami diturunkan tepat di depan pamflet besar bertuliskan Balik Papan SuperBlock dengan dikelingi tiga patung naga di kanan kirinya. Langsung naluri narsis amak-anak PN keluar. Foto-foto buat update status BB, FB, atau pamer di group PN di Whats App.

Setelah berpuas-puas ria keliling mall, kami pun kembali ke bandara. Masih tersisa waktu 1 jam lagi sebelum take off. Kami langsung duduk manis di kursi-kursi waiting room sambil ngemil sisa-sisa perjuangan di mall tadi. Sayup-sayup terdengar suara perempuan muda dari balik mikrofon ruangan “penumpang sri wijaya yang terhormat, karena sesuatu dan bla bla bla..., pesawat anda delay selama 30 menit, mohon maaf atas ketidaknyamanan ini,terima kasih”. Hufff...untung 30 menit, gumamku dalam hati. Prinsip orang timur, apapun harus disyukuri. Akhirnya pesawat yang akan membawa kita ke tanjung redeb pun tiba. Tak lama setelahnya semua penumpang diperintahkan untuk naik ke pesawat dengan tertib. Pukul 14.30 pesawat pun terbang membawa kami ke kota tempat kami akan mengabdi. Satu jam kemudian pesawat mendarat dengan sedikit goncangan di bandara Kalimarau, mungkin karena kondisi landasan bandara yang sedang direnovasi. Kabarnya tak lama lagi bandara ini akan diresmikan menjadi bandara internasional. Mudah-mudahan segera terwujud.

Ada insiden kecil di bandara kalimarau, Tanjung Redeb. Salah seorang temanku, Ners Luki tidak menemukan kopernya saat pengambilan barang di bagasi. Kami pun komplain ke pihak penerbangan terhadap insiden ini. Akhirnya mereka berjanji untuk bertanggung jawab mencarikan koper teman kami sampai ketemu. Di bandara, kami sudah dijemput oleh pegawai dinas kesehatan. Pak Abdalis namanya. Seorang pria berbadan besar sedikit gemuk, berkulit hitam, kelihatan sangat menyeramkan. Tak seperti perkiraan kami ternyata Pak Abdalis ini sangatlah ramah, tidak sombong, baik hati, rajin menabung dan suka menyebrangkan nenek-nenek di jalan. Lebay. Kami pun langsung diboyong pak Abdalis menuju ke penginapan yang telah dipersiapkan. Setelah cukup beristirahat, tepat menjelang isya, Pak Abdalis mengajak kami makan malam di sebuah restoran sederhana dengan menu andalannya bebek bakar. Kami pun makan dengan lahapnya, lahap bukan karena doyan tapi karena lapar. Bagaimana tidak, sedari tadi siang hanya bermodal sepotong kebab turki yang mengganjal perut. Alhamdu...Lillahhh...*gaya ust.maulana*

Perut sudah senang, hati pun kenyang J. Karena peredaran darah semua menuju perut, darah ke otak mulai berkurang. Mata pun mulai sayup-sayup gak penting. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke penginapan, beristirahat mengumpulkan stamina untuk memulai perjuangan yang sebenarnya esok hari. Go PN Berau..!!

1 komentar: